Wednesday, March 29, 2017

Muar Malaysia Kota Persisir Laut



Muar, 24 Januari 2017 :
Berhubung malam itu kami di jemput oleh staf pondok pesantren suami jadi kami ndak perlu repot-repot dan bingung lagi, yang sebelumnya sempat pusing karena suami 2 hari sebelum berangkat nampaknya temannya lupa kalau kami akan ke tempatnya dan tiba di Senai Airport tengah malam. Jadi kami buat plan B kalautidak di jemput gunakan taksi atau grab car (sama seperti di Indonesia) menuju pusat Johor Bahru mencari hostel karena untuk bermalam sebab besok paginya lanjut perjalanan. Tapi Alhamdulillah hari itu juga sebelum keberangkatan temannya beri kabar bisa menjemput namun diwakilkan oleh stafnya karena beliau sibuk.

Malam itu udara Johor Bahru dingin sekali dan ndak ada perubahan bandara juga lokasi-lokasi yang pernah saya lewati tahun 2014 lalu. Malam itu jalanan sepi dan yang membuat kami kaget yaitu staf teman suami menggunakan mobil dan disana mobil disebut kereta, mobil berkecepatan diatas 120km pastinya sudah terbayangkan bagaimana mau terbang kali ya badan ne, suami saya tahu kalau jantung saya nyeri dan saya mulai pucat begitu juga suami pucat belum selesai rasa pobia pesawat ditambah jalanan sepi serta kebiasaan orang tertentu disana mengunakan kereta (bahasa mobil disana) kebut ya begini, tapi jangan kaget kata teman suami saat besoknya kami tanya memang orang Muar dan Johor rata-rata kebut efek jalan mulus dan sepi.

Oya malam itu kami perjalan menuju Muar dari Senai Aiport Johor Bahru jarak tempuh 2jam karena kecepatan segitu sampai sana hanya 1 jam 30 menit dan itupun sempat berhenti di 7eleven untuk beli minuman. Serasa pulang kampung ke Teluk Panji, Kampung Rakyat. Jalanan sepi banyak kelapa sawit dan perkampungan hanya membedakan tanah disini sebahagian putih dan gambut juga aspal yang luar biasa mulus sampai plosok sedangkan di kampung kelahiran saya aspal hanya sebahagian itupun sudah banyak rusak bertahan 1-2 tahun saja.

Untuk menuju Muar bisa menggunakan bus apa saja dengan harga yang bervariasi dengan jadwal, harga dan nama bus dibawah ini namun ini data Januari 2017 melalui secara langsung ataupun dengan online semua sama jadwal,harga ada yang sama ada yang beda dan nama bus, hanya saja jika beli saat on the sport takut kehabisan terlebih musim liburan:

Transportasi Johor Bahru – Muar atau sebaliknya Muar-Johor Bahru
Bus KKKL Express : RM 17 ||  Jadwal : 07.45am,  08.30am, 09.30am, 10.30am, 11.30am, 12.00pm, 12.30pm, 01.30pm, 02.30pm, 03.30pm, 05.00pm, 05.45pm, 06.00pm, 07.00pm, 08.00pm.
Bus Mayang Sari : RM 16.70 ||  Jadwal : 07.30am, 08.00am, 08.30am, 09.00am, 09.30am, 10.00am, 10.30am, 11.30am, 12.30pm, 02.00pm, 02.30pm, 04.00pm, 05.00pm, 06.00pm, 06.30pm, 07.00pm, 07.30pm.

Transportasi Kuala Lumpur – Muar
Bus Transnasional : RM 17.60 ||  Jadwal : 10.00am, 03.30pm, 09.00 pm.
Bus Mayang Sari : RM 16.70 ||  Jadwal : 07.00am, 08.00am, 09.00am, 10.00am, 10.30am, 11.00am, 11.30am, 12.00pm, 01.00pm, 01.30pm, 02.00pm, 02.30pm, 03.00pm, 03.30pm, 04.00pm, 04.30pm, 05.00pm, 05.30pm, 06.00pm, 06.30pm, 07.00pm, 07.30pm, 08.00pm, 08.30pm, 09.00pm, 10.00pm, 10.30pm, 11.00pm, 11.30pm.

Malam dini hari kami tiba di Muar,Johor Bahru tuan rumah sudah tidur kami menunggu di luar sedangkan stafnya membangunkannya. Penantian selesai suami bertemu dengan tuan rumah yaitu teman suami namun tidak banyak berbicara karena sudah larut malam selain itu kami cukup lelah. Kami di tunjukan kamar khusus tamu yang cukup luas dan bersih serasa di hostel saja. Kami langsung bersih-bersih dan istirahat. Ndak lupa saat diperjalanan dan di kamar kami (saya dan suami) saling mengucapkan

Selamat hari pernikahan yang ke 3 tahun” dan doa teriring kepada kami. Sebav saat itu tepat tanggal 25 Januari hari dimana kami dipersatukan dalam ikatan suci melalui akad nikah serta tujuan utama kami ke luar negeri untuk merayakannya.



Muar, 25 Januari 2017:
Suasana Muar
Suasana pagi yang berbeda, hari itu 3 tahun pernikahan kami seperti rencana kami hari ini kami istirahat beberapa jam lalu melanjutkan perjalanan ke Malaka untuk merayakan 3 tahun pernikahan kami. Pagi itu kami bersantai ria di kamar dan setelah selesai bersih-bersih badan kami mencoba keluar rumah melihat sekitar pondok pesantren,


Alhamdulillah suasana yang tenang, jalan aspal dan banyak
perpohonan yang hijau serasa mudik ke Teluk Panji I,Kecamatan Kampung Rakyat tempat saya lahir dan dibesarkan hanya bedanya soal jalan. Suami mengajak saya jalan santai hingga akhirnya kami menemukan peternak rusa, seperti kebun binatang dan rusanya besar-besar, kami hanya melihat dari kejauhan saja. Selain itu kami dikejutkan bahwa kami berdiri di perbatasan antara Muar dan Malaka, ya begitulah Muar dekat dengan Malaka selain itu Muar juga dekat dengan Indonesia yaitu pula Bengkalis dan Dumai.


Jam mulai menunjukan kurang lebih pkl 09.30am, saya dan suami harap-harap cemas takut ndak jadi ke Malaka sesuai rencana kami, kami berinisiatif memanggil teman suami namun ndak respon dan menunggu hampir 2 jaman kalau ndak salah, semakin gelisah dan akhirnya saya mencoba bertanya pada stafnya dengan bahasa Melayu, akhirnya penantian kami selesai teman suami dan istrinya mengendarai mobil menemui kami semua ini salah faham, mereka mengira kami sedang istirahat dan padahal kami sedang menunggu mereka. Hehehe

Sebelum ke Malaka kami diajak untuk keliling Muar sekilas-sekilas saja, pertama ke kebun mereka, melihat suasana pondok pesantren mereka dibeberapa cabang, lalu yang paling membuat saya semakin senang yaitu kami di ajak ke Taman Kanak-Kanak atau bahasa disana Tadika disini saya dan suami menikmati setiap ruang dan desain yang Islami sedangkan saya seperti cekgu ngobrol bersama mereka dengan bahasa Melayu Malaysia. Satu kalimat yang masih saya ingat “Cek gu baru, cek gu Indo ya?”

Setelah puas di TK kami diajak ke pesisir atau muara laut yang terkenal dengan sebutan Pasar Nelayan, lumayan  banyak nelayan dan pedagang seperti layaknya di Indonesia tentu sudah tahu bagaimana suasananya, tempat ini juga merupakan objek wisata, suasanan nelayan dan bibir laut lepas. Kami ndak lama disini hanya melihat suasanan lalu lanjut ke suatu tempat yaitu pinggir laut lepas yang dapat melihat Dumai,Indonesia dan pulau Bengkalis 30 meter dari lokasi ini ada waterbom milik orang Singapore. Lagi-lagi kami hanya melihat sekilas sebab waktu sudah mepet untuk berangkat ke Malaka maksimal badha zuhur, selain itu kami juga diberi kesempatan menggunakan mobil mereka yang dirumah untuk keliling Muar tanpa ditemanin mereka setelah selesai kami dari Malaka.



Sebelum kami melanjutkan keliling Muar di tujuan akhir Bandarah Muar (Kota Muar) kami lanjutkan perjalanan untuk makan siang dengan menu sebra ala Melayu Malaysia, sambal-sambalnya itu lo ngangenin banget, sayangnya saya terbiasa makan sedikit jadi kena tegur oleh mereka mengapa makan sedikit padahal bagi saya itu sudah banyak sekali. Makan selsai saya cuci tangan ey ternyata dan ternyata disamping meja makan kami merupakan orang Jawa,Indonesia terlihat dari wajah dan cara bicara njawi. Usut punya usut kata teman suami dan penduduk setempat kalau daerah Muar terkenal dengan banyaknya tenaga kerja Jawa,Indonesia so ndak heran ya kalau di Muar ataupun Kuala Lumpur dengar orang berbahasa Jakarta (lo gue) dan Jawa.



Dua Masjid Saling Berseberangan 
Terakhir menjelang zuhur, selamat datang di Kota Muar, untuk menuju sini harus menyeberangi muara dan disampingnya ada pelabuhan serta masjid yang saling berseberangan. Selagi di Kota Muar kami diantar hingga diteraktir membeli SIM Card Celcom dengan harga RM10 dengan saldo RM6 untuk sesame Celcom gratis telpon, lalu karena kami membutuhkan internet sehingga mengisi RM30 untuk kuota 2Gb selama 1 bulan, bisa saja habis sebelum 1 bulan melihat pemakaian kita masing-masing.

Tujuan akhir kami yaitu pinggiran muara kota Muar yaitu induk wisata Muar (Masjid, pinggiran pantai, pelabuhan, gedung-gedung pemerintahan, jam Muar dan suasana kota klasik). Semua selesai kami menuju pulang ke Pondok Pesantren dengan menyempatkan diri shalat di salah satu masjid, sesampai di Pondok Pesantren yang cukup terkenal di Muar itu kami bergegas untuk mempersiapkan diri ke Malaka, awalnya ingin gunakan bus namun teman suami meminta kami untuk gunakan mobil mereka yang berwarna biru (ndak terpakai hanya berdiam di garasi rumah) dengan waswas karena suami SIMnya belum internasional Bismillah kami berangkat ke Muar dengan bantuan wash.

Untuk pembahasan Malaka klik  Malaka Kota Bersejarah



Muar, 26 Januari 2017 :
Hari ini kami puaskan istirahat dan bersantai ria di kamar berhubung kemarin tanggal 25 Januari 2017 kami pulang malam, lalu ketemu rajia tapi Alhamdulillah 50 meter sebelum polisi kami harus muter balik ke jalan Kesang Laut yang berketepatan diseberang kami sebelumnya kami berhenti mengisi bensin cukup menghabiskan RM20, selain itu kami full jalan kaki mengelilingi Malaka mungkin sudah berkelo-kelo meter jalan, memang sih kami ndak merasakan lelah namun semua untuk kami siapkan diri saat ke Kuala Lumpur. Hari dimana teman suami sibuk ada kegiatan ndak bisa menemanin kami namun kunci mobil beliau meminta kami tetap memegangnya untuk keliling Muar. Badha Ashar kami bergegas untuk mencari detergen untuk mencuci pakaian dan menyempatkan jalan-jalan mengeliling tempat yang sebelumnya sudah kami datangi namun kali ini kami mau benar-benar menikmati berdua.

Pertama, kami mencari detergen cair dengan ukuran kecil seperti umumnya di Indonesia sebab kami ndak mencuci pakaian banyak, hai hai hai ndak kami duga detergen disini kebanyakan yang bubuk dan ukuran yang besar-besar biasanya diguankan untuk skala besar atau lama dan adapun yang cair juga begitu besar namun stok sedikit, akhirnya kami mengelilingi desa Kesang Laut hingga ke desa tetangganya hanya untuk mencari detergen. Toko pertama yang cukup besar hanya ada yang detergen bubuk, lalu kami keliling lagi hingga akhirnya menemukan toko semi swalayan hal yang sama kebanyakan bubuk besar-besar dan cairan yang besar malah ada diderigen 5liter akhirnya kam memilih bubur yang paling ukuran kecil itupun bagi kita di Indonesia sudah ukuran sedang, apadaya mungkin memang seperti itu di Muar efek selama ini ke Malaysia ndak pernah beli detergen, selain itu kami membeli coklat yang enak dan cukup murah RM 2,5 (Rp. 7.550,- kurs saat itu Rp.3.020,-).





Kedua, urusan detergen selesai kami menikmati suasana Muar dengan menyetri mobil santai lalu kaca dibuka, uh udaranya seger banget ditambah daerah ini di pinggir laut semakin sepoy-sepoy gitu, daerah Muar ini juga terkenal dengan banyaknya Homestay sebab pemiliknya ndak ada di Muar melaikan di daerah lain, contoh saja ada rumah warisan karena orang tuanya meninggal rumah kosong dan anaknya kerja juga tinggal di Kuala Lumpur maka rumah ini dijadikan Homestay so ndak heran ya kalau
kemari banyak homestay. Kami asik santai menikmati kesegaran suasana ey dibelakang ada mobil dengan laju kencang dan klakson membuat kami senyum, soalnya disini seperti yang sebelumnya saya sampaikan pengendara mobil kencang-kencang sekali baik tua ataupun muda.

Ketiga, kami berhenti di perbatasan desa Gading Barat dengan Kesang Laut ndak lupa kami buat dokumentasi dan disini mungkin orang sana heran kali ya lihat tingkah kami mau banget foto di papan tulisan seperti foto disamping ini.

Keempat, sebelum pulang kami masih penasaran dan ingin menikmati suasana ey satu tempat yaitu “Pasar Nelayan”, Alhamdulillahnya kami sudah kemarin dan suami hafal jalan. Dengan irama jalan mobil pelan kami tiba di Pasar Nelayan, memakirkan mobil lalu berjalan kaki menikmati suasana, berawal dari melihat kapal nelayan dan juga nelayan, lalu kami selusuri pinggiran tersebut hingga akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan mobil menuju ujung muara yang cukup jauh sekaligus melihat pulau Indonesia.

Kami gunakan mobil menuju ujung yang indah sekali, mobil kami parker ditempat yang aman lalu kami melihat suasana, ey terlihat laut lepas dan antara samar-samar kapal penjaga laut perbatasan terlihat juga sedikit berbentuk pepohonan pulau mungkin itu pulau Bengkalis atau pulau disekitarnya yang merupakan bagian dari Indonesia seperti yang mereka sampaikan hanya 1 jam dari Muar ke Dumai menggunakan kapal.

Pamplet Hati-Hati Ada Buaya




Selesai menikmati pemandangan yang dengan was-was sebab tertulis besar-besar untuk berhati-hati karena daerah tersebut masih banyak buaya, waw
sekali bukan kami juga melihat nelayan menggunakan kapal kecilnya menuju laut lepas, setelah puas dan semakin was-was kami menyegerakan diri untuk pulang.





Ndak lengkap perjalan kami tanpa ada menimbah pengalaman baru, menjelang magrib kami diajak ke pengajian yang mengisi teman suami saya, pkl 19.00pm an kami mendengarkan beliau ceramah dengan bahasa Melayu Malaysia hingga pkl 21.00pm sedikit menunda shalat kurang lebih 20 menitan soalnya disana Isya jam 20.00pm lebih ya setengah Sembilan malam. Sudah mendapat siraman rohani seperti tradisi disini selesai shalat isya maka ada acara makan bersama di masjid dengan 1 talam bisa beberapa orang, kali itu saya dapat 1 talam dengan istri teman suami dan anaknya, nasi briani wawawa enak betul.

Belum cukup sampai disini, kami mengantar anak-anak mereka kerumah lalu diajak kembali menuju perbatasan Malaka, yaitu tepatnya di Taman Sungai Rambai,Gerbang Selatan Malaka. Kami diberi waktu untuk berduaan disini, tapi harus hati-hati ya kalau bukan muhrim jika dadakan ada petugas bisa kena rajiah hehehe. Duduk manis di pendopo (tempat duduk yang beratap) menikmati dinginnya malam bersama kekasih halal, cukup lama dan kami mengira mereka pergi dengan alasan cari makanan agar bisa meninggalkan kami berdua. Hehehe, temannya tahu saja. Malam semakin larut, mereka datang membawa makanan dan minuman belum lama kami duduk semua pada ngantuk dan makanan belum banyak dimakan akhirnya kami memutuskan pulang, sebab esoknya akan berangkat ke Kuala Lumpur.



Muar, 27 Januari 2017:
Pagi pkl 09.15am kami menuju terminal bus Muar mencari tiket menuju Kuala Lumpur, Alhamdulillah kami dapat keberangkatan pkl 10.00am dengan menggunakan bus Mayang Sari dengan biaya RM16.70 per orang. Sembari menunggu keberangkatan kami diajak oleh teman suami mengelilingi kembali kota Muar. Tujuan kami masjid Masjid Sultan Ibrahim dan pinggiran laut. Selamat tinggal muar, kami melajut perjalanan menuju Kuala Lumpur dan akan kembali lagi beberapa hari lagi.

Perjalan kami tanggal 27-30 Januari 2017 dapat  membaca tulisan Kuala Lumpur


Muar, 01 Februari 2017 :
Selesai perjalanan kami di Kuala Lumpur dan Hatyai,Thailand kini kami akan mengucapkan selamat bertemu kembali Muar,Malaysia. Awalnya kami ingin langsung ke Singapore namun berhubung kami ndak enak dengan teman suami yang sudah banyak menjamu kebaikan maka kami putuskan untuk kembali walau hanya menginap 1 malam saja. Seperti yang kami duga pasti beliau sibuk, saat kami disana kami harus bisa mandiri tanpa dijemput.

Setiba di Terminal Bentayang Muar, aroma amis dan sepoyan laut membuat saya dan suami mulai mual dan pusing terlebih sudah jam makan siang. Akhirnya kami menyeberangi terminal menuju lokasi berbagai macam kuliner dan kami memilih kuliner menu Arab yang cukup terkenal di Muar dan harganya aci gile murah betul. Dapat dilihat dari daftar menu.


Selesai makan siang dan kekenyangan kami mencari taksi tepat di terminal dengan harga RM20 soalnya dalam taksi dihitung 4 orang sekali jalan kalau hanya berdua ya seperti kami jadi rugi tapi ndak masalah lah. Soalnya juga jarak lumayan jauh dari Kota menuju Desa Kesang Laut. Sesampai di pondok pesantren kami langsung kerumahnya Alhamdulillah istrinya ada akhirnya kami bisa langsung ke kamar tamu untuk istirahat. Kali ini kami lebih banyak istirahat dirumahnya hingga malam. Sorenya saya berbicara soal bisnis oleh para staf pondok pesantren hehehe.



Muar, 02     Februari 2017 :


Terminal Bus Bentayan
Hari ini dimana kami harus meninggalkan Muar menuju Johor Bahru lalu melanjutkan perjalanan ke Singapore. Sebelum kami ke terminal dan melanjutkan perjalanan kami diajak menyantap sarapan sate kambing dan ayam, SATE? KAMBING DAN AYAM? PAGI HARI? Itu pertanyaan yang ndak heran, pasti orang yang bukan penduduk Muar akan kaget seperti kami. Disini ada keunikan yaitu sate dipagi hari menjadi sarapan, yang biasanya sate identic sore dan malam hari. Kami menikmati dengan ngobrol santai sebenarnya tujuan kami bukan sini tapi ditempat lain sesame sate namun belum buka sedangkan kami mengejar waktu, satenya kurang sedang atau mungkin karena saya ndak suka manis kali ya. Urusan makan sudah selesai kami langsung ke terminal mencari tiket, Alhamdulillah seketika saat itu ada yang pkl 09.00am, kami meminta tunggu ambil barang di mobil dan mereka izinkan, kami mendapatkan tiket seharga RM16.30, segera kami langsung ambil barang dan pamit ke mereka. Selamat tinggal Muar semoga suatu saat nanti bisa bertemu kembali, jazakaAllah untuk keluarga teman suami yang luar biasa baiknya.






No comments:

Post a Comment